Minggu, 10 April 2011

Seleksi bag 2 : Hadiah Terindah

26 Juli 2008adalah hari dimana saya menginjak usia 16 tahun. Tak ada yang spesial awalnya, namun berubah seketika saat berlangsung pelajaran seni tari di aula sekolah. Tiba-tiba datanglah Pak Anggoro, wakil kepala sekolah bagian kesiswaan, Beliau memberikan surat dari Dinas Pendidikan Kab. Purbalingga yang isinya bahwa saya mendapat undangan untuk datang ke kantor dinas pendidikan dalam rangka technical meeting latihan paskibraka kabupaten Purbalingga. Tentu saja saya membacanya dengan rasa tidak percaya. Selagi mendengar penjelasan dari Pak Anggoro, Saya tak bisa berhenti berpikir, perasaan begitu campur aduk waktu itu, senang, terharu, bangga, dan bingung. Bu irna, guru seni tari, yang mengetahui kegelisahan saya, mungkin terlihat dari ekspresi wajah saya yang seketika itu berubah, terus memberikan semangat dan keyakinan bahwa saya mampu mengemban tugas dan amanat yang diberikan untuk menjadi bagian dari pasukan pengibar bendera pusaka kabupaten Purbalingga. “Terimaksih ibu….” *terharu.



Saat itu juga saya langsung menghampiri  Alex dan teman-teman lain yang akan berangkat menuju kantor dinas pendidikan. Mereka belum mengetahui tentang surat dinas itu. Saya memberitahu kalau saya juga diundang untuk mengikuti technical meeting, namun terlihat dari raut wajah mereka akan rasa tidak percaya, karna seperti yang mereka tau, saya tidak lolos seleksi waktu itu, sampai akhirnya saya perlihatkan surat itu, mereka terkejut dan menyambut bahagia atas bergabungnya saya.

Sesampainya di aula kantor dinas pendidikan, disana kami diberi pengarahan tentang jadwal dan peraturan apa saja selama latihan untuk beberapa minggu ke depan. Masih tidak percaya akan surat pemanggilan saya untuk bergabung dalam pasukan pengibar bendera pusaka kabupaten, Saya sempat meminta kejelasan dari panitia. Dan penjelasan atas masuknya saya adalah salah satu dari 20 anggota paskibraka yang sudah terpilih, ada yang lolos ketingkat Provinsi, jadi saya menggantikan peserta tersebut. Namun tetap saja masih menjadi pertanyaan, kenapa saya yang beruntung mendapat kesempatan itu? Alhamdulillah…


Kemudian ditengah-tengah technical meeting, Pak win, salah satu pelatih paskibraka, tiba-tiba menginspeksi saya dengan mengada-ngada kebandelan saya di sekolah. Saya di bentak-bentak oleh lelaki berkumis tebal itu dihadapan teman-teman paskikab dari SMA lain yang belum saya kenal. Padahal kenyataannya adalah saya termasuk anak baik- baik di sekolah, hehe. Tentu saja betapa bingungnya saya kenapa tiba-tiba diinspeksi seperti itu. Dan ternyata semua itu adalah sandiwara para pelatih untuk memberikan kejutan di hari ulangtahun saya. Subhanalloh… J 

28 Juli 2008adalah latihan paskibraka untuk pertamakalinya. Setiap hari kami berlatih terkecuali hari minggu. Latihan bertempat di Mahesajenar. Hari demi hari keakrakaban mulai erat. Kurang lebih seminggu sebelum hari-H, lokasi latihan bertempat di alun-alun Purbalingga dimana upacara HUT RI akan dilaksanakan. Latihan mulai intensif, ada dua sesi latihan dalam satu hari, dari pagi sampai siang kemudian dilanjut di sore hari. Latihan di alun-alun juga diikuti oleh angota polisi, mereka menjadi pasukan 45. Sikap humoris dan bersahabat mereka, juga membuat latihan menjadi lebih menyenangkan. Sebelum latihan dimulai, selalu diawali dengan pemanasan, terdiri dari berdiri dengan sikap siap dibawah terik matahari selama beberapa menit, yang berat dari sesi ini adalah bukan panasnya terik matahari tapi menghadapi keisengan kakak kakak polisi yang sengaja membuat candaan di depan kami yang sedang berbaris, tentu saja menahan ketawa adalah hal yang sangat susah. Hahaha. Kemudian dilanjutkan lari-lari keliling alun-alun dengan bernyanyi lagu lagu penyemangat, seperti kawah candradimuka, setelah lari kemudian senam yang dipimpin kawan sendiri, bergilir setiap harinya. Setelah sesi Pemanasan selesai kemudian mulai latihan inti, seperti baris berbaris dan pengibaran bendera merah putih. Entah kenapa tidak terasa lelah, mungkin karena suasana latihan yang menyenangkan. Kangen moment moment itu...
Saat istirahat latihan

Saya sempat terpilih menjadi salah satu anggota pasukan inti, yaitu pasukan 8. Adalah pasukan yang bertugas mengibarkan bendera. Ketika itu saya terpilih sebagai pengerek bendera. Bangga namun juga ada tanggung jawab yang begitu besar. Karena menurut saya, pasukan 8 adalah salah satu yang sangat menentukan kesuksesan pengibaran bendera. Setelah beberapa kali latihan, ternyata kami tidak cukup memiliki kemampuan yang bagus (saya akui), sehingga dibentuk lagi pasukan 8 yang baru. Alex adalah salah satunya pasukan 8 yang baru itu. Jadi saya kembali ke pasukan 17. Ya kecewa tentu saja ada, tapi rasanya beban dan tanggung jawab yang sangat besar seketika hilang. Tapi meski tidak menjadi anggota pasukan 8, saya masih dipercaya untuk menjadi penjuru pasukan 17, menurut saya posisi penjuru penting juga lho. hehe. Karena penjuru menjadi patokan tempo dan langkah yang lain. hehehe, *narsis dikit.

15 Agustus 2008Kami dikarantina di sebuah penginapan yang tidak jauh dari alun-alun Purbalingga, maksudnya adalah agar keadaan kami terpantau dengan baik dan agar semakin akrab dan kompak.
Saat malam hari, kami gunakan waktu untuk berkumpul.

16 Agustus 2008Diadakan pengukuhan di Pendopo Kabupaten Purbalingga. Pukul 19.00 WIB kami berjalan dengan tegap dari penginapan menuju Pendopo dengan memakai baju Keagungan Paskibra. Semua mata tertuju pada kami. Hahaha. Bangga. Di pendopo kami melaksanakan upacara pengukuhan, hadir juga orang tua kami. Kemudian tiba saatnya pemasangan kendhit oleh orang tua kami sebagai tanda telah dikukuhkannya kami sebagai Pasukan Pengibar Bendera Pusaka Kabupaten Purbalingga tahun 2008. Sekali lagi, Saya sangat bangga!!!.
Seusai pengukuhan di pendopo. dari kiri : pawit, rezki, bang arief, ganis, dan saya.


17 Agustus 2008. Adalah hari yang paling dinantikan. Puncak acara, ya kami berlatih dengan gemblengan pelatih selama ini tidak lain tidak bukan adalah dipersiapkan untuk Upacara Hari Ulang Tahun Republik Indonesia. Alhamdulillah acara berjalan dengan lancar. Kemudian kami kembali ke penginapan. Istirahat. Sore harinya kami bersiap lagi untuk Upaca penurunan bendera (obade). Setelah suluruh tugas selesai dilaksanakan, rasanya begitu lega.
Menyempatkan diri berfoto sebelum upacara di halaman penginapan bersama Bang Arief

Pasukan 17, detik-detik sebelum pengibaran.
Pasukan 8. Sebagai pembawa nampan bendera pusaka adan duplikat adalah Ganish dan rezki.
Usai Pengibaran, menyempatkan diri di halaman Pendopo.
Masih banyak kegiatan yang kami ikuti selama bertugas menjadi paskibraka Kabupaten Purbalingga, antara lain :

20 Agustus 2008. Kami bertugas kembali untuk karnaval perayan HUT RI. Paukan Paskibraka Kabupaten Purbalingga berada di paling depan barisan karnaval.
Saat melintasi panggung penghormatan.

Seusai karnaval, berfoto-foto di depan pemadam kebakaran.

22 Agustus 2008. KIRAB OBOR NUSANTARA. Walaupun saya tidak berkesempatan memegang obornya tapi saya memegang Bendera merah putih. Tetap bangga. hehehe. INDONESIA BISA!!!. lokasi : perbatasan banjar-purbalingga. Dan berakhir di akper-blater, yang kemudian obor itu dilanjutkan oleh Paskibraka Kabupaten Banyumas.

30 Agustus 2008. Saya mendapat kepercayaan sebagai pasukan pengibar bendera pada upacara Hari Pramuka di Alun-alun Purbalingga. Saya sebagai pembawa bendera, dan Alex sebagai pengerek bendera, dan sebagai perentang bendera saya lupa siapa. hahaha.

Oktober 2008, saya kurang tau pasti tanggalnya. Saya mendapat tugas mengibarkan bendera merah putih dalam Upacara memperingati hari Sumpah Pemuda. Saya bertugas dengan Alex sebagai pengerek bendera, Rezki sebagai pembawa bendera, dan saya sebagai perentang bendera. Sedangkan teman-teman Paskibraka yang lain bertugas untuk mengenakan pakain daerah di seluruh Nusantara.

Saat latihan.
Saya dan Rezki seusai bertugas di pendopo.

Pengalaman yang luar biasa dalam hidup saya. Saya memperoleh banyak pengalaman, ilmu, sahabat dengan menjadi bagian dari Paskibraka Kabupaten Purbalingga tahun 2008. Terimakasih Pak win, Pak Arief, dan bapak-bapak pelatih yang lain.. Terimakasih juga sahabat-sahabat saya di Paskikab 2008 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. "an unforgettable memories"

Kamis, 07 April 2011

Seleksi : bag 1

15 Mei 200815 Mei 2008, adalah hari seleksi paskibraka tingkat kabupaten Purbalingga di Gor Wasesa yang sekarang sudah di pugar menjadi pasar SegaMas, padahal tempat itu adalah tempat bersejarah untuk saya. Saya satu dari tujuh orang laki-laki yang mewakili PASGA dan SMA N. 1 PURBALINGGA untuk mengikuti seleksi. Keenam teman seperjuangan saya adalah Khanif, Alex, Pawit, Wasis, Rendra, dan Gilang. Tidak hanya laki-laki yang mengikuti seleksi, begitu juga dengan teman-teman perempuan saya di PASGA , tapi saya lupa berapa banyak.
  

Senang, bangga namun ada perasaan takut ketika tau saya terpilih untuk mengikuti seleksi karena  saya bukan hanya membawa nama saya pribadi, namun juga nama ekstrakurikuler kebanggaan saya PASGA dan sekolah saya SMA N. 1 Purbalingga. Takut mengecewakan.

Seleksi dibagi menjadi 4 tahap dengan system gugur, yang pertama seleksi Tinggi badan, kedua adalah postur tubuh, yang ketiga adalah Kekuatan fisik (tes kecepatan berlari), dan yang terakhir adalah tes PBB.

Pada tahap pertama, tinggi badan. Rasa pecaya diri lolos pada tahap ini masih sangat besar.  Walaupun sebenarnya jika diukur dengan penghitungan berat badan ideal, saya termasuk kelebihan berat badan kurang lebih 5 kilo, tapi tak masalah asal masih terlihat ideal. Tinggi minimum untuk laki-laki adalah 165cm dan maksimal 175cm sedangkan tinggi badan saya 170cm. Dan benar dugaan saya, saya lolos tahap pertama. Namun pada tahap ini, teman saya, Wasis, tidak lolos. Tinggi badannya yang kurang beberapa centimeter.

Lanjut tahap ke-2, Postur tubuh. Bisa dibilang saya masih percaya akan lolos pada tahap ini. Alhamdulillah, postur tubuh saya tidak ada yang cacat. Bentuk kaki normal, tangan normal, dan anggota tubuh yang lain juga terlihat normal. Dan hasilnya, saya lolos lanjut ke tahap ke tiga.

Tahap ke-3, kekuatan fisik. PESIMIS, mungkin kata yang paling tepat untuk tahap ini. Jujur saja, saya tidak sehebat teman-teman saya dalam kekuatan fisik. Dan kekuatan fisik yang dites pada saat seleksi adalah lari. Dan sebelum tes lari, ada pemeriksaan tekanan darah. Peraturannya adalah jika tekanan darah peserta seleksi tidak normal maka tidak diperbolehkan untuk mengikuti tes selanjutnya. Saya sempat berfikir bahwa lebih baik saya gugur karena kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan daripada harus memalukan diri sendiri dengan mengikuti tes lari namun berada di posisi paling belakang. Hahaha. Namun ternyata benar, Allah tidak mendengar doa-doa orang yang berputus asa. Hasil tes tekanan darah adalah normal, dan saya layak mengikuti tes lari.


Pukul 14.00 WIB, matahari begitu terik, “siaaap.. satu… dua.. ya!” saya berlari sekuat tenaga saya pada awalnya, seperempat lapangan putaran pertama saya berada diurutan depan, namun lambat laun saya berada diurutan terakhir. Hahaha. Puturan demi putaran, saya berlari, namun sebenarnya kecepatan lari saya mungkin setara dengan kecepatan orang berjalan. Dan parahnya sampai di-overlap oleh beberapa peserta yang lain. Teman-teman dan kakak senior tak henti-hentinya memberi dukungan di pinggir lapangan. Hahaha. Hingga putaran terakhir saya berada di posisi 2 terakhir. Hehehe. Saya tidak sendiri di belakang loh, saya bersama Rendra, perwakilan PASGA juga. Oke, dengan begitu, dapat dipastikan saya tidak akan lolos ke tahap berikutnya. Karena hanya 30 peserta tercepat (kalau tidak salah, saya lupa) yang berhak lolos ke tahap terakhir, selain 30 tercepat maka akan gugur tidak bisa melanjutkan ke tahap selanjutnya. Kemudian peserta yang mengikuti tes lari, dikumpulkan di tengah lapangan. Dipisahkan antara kelompok yang lolos dan yang gugur. Saya kira, saya masuk kelompok yang gugur, tapi ternyata tidak. Saya lolos! Saya bergabung dengan teman-teman saya yang lain, Alex, Pawit, dan Gilang. Selain senang tapi juga bingung. Loh kenapa bisa??? Bukankah saya jelas-jelas yang terakhir? Sahabat saya, Khanif, yang seharusnya lolos ditahap ini karena termasuk 30 tercepat justru tidak masuk ke kelompok yang lolos. Sungguh saya bingung. Banyak pertanyaan dibenak saya. Saya lihat, khanif begitu kecewa. Wajar, saya juga pasti akan merasakan hal yang sama dengan khanif jika saya di posisi dia. Saya merasa sangat bersalah, Saya terkesan mengambil haknya. Tapi saya tidak tau apa-apa tentang ini dan tidak bisa berbuat apa-apa… L

Tahap terakhir, PBB. Dengan masih kebingungan atas lolosnya saya. Saya mengikuti tes PBB. Di tahap ini saya yakin akan lolos, karena kami sudah memiliki bekal PBB yang baik yang dilatih oleh kakak-kakak senior di PASGA, dan PASGA sendiri adalah ekstrakurikuler yang selalu menjadi langganan mewakili kabupaten Purbalingga untuk perlombaan PBB dan TUB di tingkat karisidenan jadi tidak perlu diragukan lagi kualitas PBB kami. Percayadiri. Namun nasib berkata lain, ternyata saya tidak lolos. Padahal saya tidak melakukan kesalahan ketika tes PBB. Saat itu saya berasumsi, apakah juri sudah menyadari akan kekeliruannya meloloskan saya di tahap ke-3? Dan itu masih menjadi pertanyaan hingga sekarang. Atas ketidaklolosan saya, saya tidak begitu kecewa, karena memang semestinya saya gugur ditahap ke-3. Bukan perasaan saya yang saya pikirkan, namun yang masih saya pikirkan saat itu adalah perasaan sahabat saya, khanif…

Hasil seleksi, perwakilan dari PASGA yang lolos sebanyak 3 laki-laki : Alex, Pawit, Gilang. Dan 4 perempuan : Anesh, Rezki,  Nurin, Djanti. Seperti tahun-tahun sebelumnya, PASGA mengirimkan perwakilannya terbanyak di angota paskibraka kabupaten Purbalingga. Dan jumlah total paskibraka sendiri adalah sebanyak 30 orang : 20 Laki-laki dan 10 perempuan.

Namun cerita saya belum berakhir disini, saya akan ceritakan di postingan selanjutnya... ^_^

Saya dan PASGA : Serba-serbi


Wah ternyata masih banyak yang bisa saya ceritakan pengalaman saya di PASGA. Hehehe. Oke, langsung saja! (bersemangat)

Selain acara inti PASGA, yaitu Pengukuhan dan Pelantikan, Pasga juga mempunyai acara lain yang tidak kalah penting.

Salah satunya adalah HUT PASGA. Hari ulang tahun PASGA adalah tanggal 7 November. Pada tanggal 7 November, kebiasaan anggota PASGA adalah memberikan selamat kepada sesama anggota, bisa melalui pesan singkat maupun langsung mengucapkan selamat setiap kali bertemu. Namun biasanya perayaannya dilaksanakan tidak tepat tanggal 7 November, melainkan pada hari Sabtu yang paling dekat dengan tanggal 7 November. Alasannya adalah perayaan HUT PASGA dimulai dari sore hingga malam hari, jadi tidak akan mengganggu kegiatan belajar karena esoknya adalah hari Minggu. Kurang lebih pada pukul 18.00 WIB, acara inti dimulai. Junior yang berada di dalam kelas, dipersilahkan menuju Aula, dimana acara diadakan, dengan berbaris, menutup mata, dan menyanyikan himne paskibra. Suasana begitu hening. Sesampainya di Aula, mereka diposisikan sedemikian rupa oleh senior dengan mata masih tertutup. Dan ketika waktunya membuka mata, sudah terlihat deretan lilin merah menyala di depan mereka. Kemudian acara seperti layaknya ulang tahun yaitu pemotongan tumpeng dan roti ulang tahun. Hahaha. Keren!  -PASGA itu tidak kaku, tapi juga punya sisi romantis-
Pemotongan Kue oleh Pembina PASGA, Ketua PASGA, dan perwakilan PPG.


Selain HUT PASGA, juga ada bakti sosial. Bakti sosial adalah kegiatan yang dipanitiai oleh junior. Bakti sosial dilaksanakan di suatu wilayah yang terdapat banyak penduduk yang kurang mampu. Bantuan yang diberikan biasanya dalam bentuk kebutuhan pokok dan pakaian layak pakai yang dananya berasal dari anggota PASGA sendiri. 
Baksos saat kepanitiaan angkatan saya.
 Biasanya usai Baksos, dilanjutkan dengan refreshing. Refreshing juga diadakan di sekitar lokasi baksos. Sewaktu panitianya adalah angkatan saya, refreshing diadakan di Curug Ceheng. Junior dan Senior membaur menjadi satu, hampir tidak ada jarak. Tujuannya juga untuk mempereratkan hubungan antar anggota PASGA. –PASGA juga bisa berbagi-
Refreshing setelah Baksos di Curug Ceheng


Acara yang tidak kalah keren adalah Kemah Tahunan (KT). KT adalah acara yang diadakan OSIS SMA N 1 Purbalingga. Diikuti oleh seluruh siswa kelas X dan XI yang tergabung dalam ekstrakurikuler masing-masing. Diadakan setahun sekali pada saat siswa kelas XII melaksanakan ujian sekolah. Intinya kemah bersama seluruh ekstrakurikuler di SMA N. 1 Purbalingga. Ketika saya junior, KT dilaksanakan di Guci. Itu adalah KT terakhir yang dilaksanakan di GUCI. Saat saya menjadi Senior, lokasi KT pindah ke Bumi Perkemahan Munjul Luhur, Purbalingga.  Banyak teman-teman yang mempertanyakan, dan kecewa dengan keputusan Kepala Sekolah atas dipindahkannya lokasi KT. Yang saya dengar alasannya adalah “Purbalingga juga punya Bumi Perkemahan, kenapa harus jauh-jauh pergi ke Guci. Apa kata dunia?”.  Hmmm… Benar juga! tapi sebenarnya agak sedikit kecewa juga. (lho???). Karena menurut saya, kemah di Guci itu terasa benar-benar kemah. (sekali lagi “lho???”). Ya intinya lokasinya masih terlihat alami, jauh dari rumah, dan udara yang sejuk. Ah.. yang penting saya sempat merasakan dinginnya Guci, mencekamnya Guci di malam hari karena gonggongan anjing hutan, dan sempat merasakan pula mandi di kolam air hangat. Alhamdulillah… Pengalaman yang tidak bisa dilupakan. Hahaha.
Barisan PASGA paling rapi dong...
hari terakhir, tenda berantakan


Kemudian ada juga PEMANTAPAN. Pemantapan dilaksanakan sebelum Pelantikan. Tujuannya adalah untuk memantapkan PBB CAPAS. Namun agar lebih menarik, kegiatan ini berupa perlombaan PBB antar pleton. Capas dibagi menjadi 3 pleton. Waktu itu saya tergabung di pleton 3 bersama Alex, Wasis, Wisang, Niken, Djantie, Nia, Mima, dll. Beberapa bulan sebelum perlombaan, kami sudah rutin latihan. Sangat dibutuhkan kekompakan, semangat, dan kekakraban sesama anggota pleton. Sebenarnya kami pesimis untuk juara 1 karena jika melihat pleton 1 dan 2, mereka sungguh sangat rajin berlatih, tidak seperti kelompok kami. Hahaha. Tetapi nasib berkata lain, kami mendapat juara 1. Yeaaaah!  We are lucky!
Pletoooon tigaaaa.... JOOOOS!
Saat perlombaan. Saya penjuru.

Nah… setelah PELANTIKAN diadakan Musyawarah Anggota (MUSANG). Musang adalah pemilihan pengurus PASGA periode baru. Sebelumnya telah dipilih oleh senior 12 orang kandidat untuk maju dalam pemilihan calon Ketua dan wakil ketua. Dan pada waktu itu, saya adalah satu dari 12 orang kandidat tersebut. Saya tidak mempunyai target untuk menjadi Ketua PASGA. Saat MUSANG 31 Agustus 2008, 12 orang kandidat tersebut satu per satu menyampaikan visi-misinya dihadapan Pembina PASGA, kakak-kakak Purna Paskibra Ganesha (PPG), Kakak-kakak senior PASGA, teman-teman satu angkatan di PASGA, dan adik-adik junior baru. Kekonyolan visi-misi saya ternyata menarik perhatian dan menjadikan saya mendapat polling suara terbanyak setelah Alex. Akhirnya, Alex dan saya ditetapkan menjadi Ketua dan wakil ketua PASGA periode 2008-2009. Hahaha. Unbelievable!
12 besar, pengurus inti PASGA 11. We are the best generation!

Oya di PASGA juga ada “adik dan kakak asuh”. Jadi junior memilih seorang senior untuk dijadikan kakak asuh. Fungsinya agar ada kedekatan lebih, selayaknya kakak-adik, jadi saat junior mengalami kesulitan di PASGA, mereka bisa meminta bantuan kepada kakak asuh mereka. –Terbukti, tidak selamanya ada jarak yang jauh antara junior dan senior-
Yang unik lagi, setiap tanggal 14 februari, junior memberikan coklat kepada kakak asuhnya, dan kepada kakak senior favorit mereka. Hahaha. Saya rasa kegiatan semacam ini hanya untuk hiburan saja. Dan lagi-lagi sebagai salah satu cara untuk mendekatkan antara senior dan junior.
Ada kegiatan di PASGA, namanya Gendu-gendu Rasa, istilah gaulnya mungkin curhat. Bisa dari adik asuh ke kakak asuh, atau seluruh junior kepada seniornya (umum). Biasanya yang dibacarakan adalah tentang permasalahan junior kepada senior, maupun sebaliknya, atau juga bisa berbagi pengalaman. –PASGA itu terbuka-
Sharing pengalaman


Ada juga Evaluasi dan Inspeksi. Kalo yang terakhir adalah salah satu kegiatan di PASGA yang saya rindukan. Kanapa? Hahaha. Cukup saya dan teman-teman PASGA yang tau.
Hmmmm…. Sering saya bahas kedekatan antara senior dan junior. Intinya siy di PASGA, junior harus bisa menempatkan diri kapan menjadi sahabat senior dan kapan menjadi junior. Sehingga, kegiatan dan hubungan junior dan senior di PASGA akan berjalan dengan lacar dan baik.

Banyak pengalaman yang saya dapat dari PASGA, banyak sahabat yang saya dapat dari PASGA, banyak pelajaran yang saya dapat dari PASGA, banyak cita-cita yang sudah saya gapai dari PASGA. PASGA sudah memberikan saya banyak hal. Namun belum ada hal berarti yang bisa saya berikan untuk PASGA. PASGA selamanya di hati.
Terimakasih PASGA… PASGA INSIDE!!!

Saya dan PASGA : Junior


Dalam PASGA ada beberapa tingkatan yang dilalui untuk menjadi anggota PASGA. Saat pertama masuk, anggota dinamakan PRACAPAS (Pra Calon PASGA) kemudian setelah kurang lebih 6 bulan, (ajaran baru dimulai pada bulan juli, jadi kira-kira pada bulan Januari) anggota mengikuti kegiatan yang dinamakan PENGUKUHAN yaitu dikukuhkannya PRACAPAS menjadi CAPAS (Calon PASGA). 

Pemasangan Atribut CAPAS oleh Pembina PASGA

Ucap Janji


Kemudian pada tanggal 17 Agustus, CAPAS akan dilantik menjadi PASGA.
Usai upacara 17 Agustus


Oya, selama anggota masih ditingkat PRACAPAS dan CAPAS, anggota bertugas menjadi paduansuara saat upacara bendera. Dan jujur saja, saya adalah orang yang tidak bisa bernyanyi dengan baik dan benar, suara fals, dan tidak tau nada. Jadi ketika upacara bendera, saya lebih baik lip sync. Hahaha. Dengan segala kesadardirian saya, suara saya akan merusak keharmonisan nada dan mengganggu kehikmatan pengibaran sang merah putih. Oke cukup membahas suara saya yang “ga banget”.
Paduan suara PASGA
Setelah selesai upacara, bukan berarti selesai pula semua tugas kami. Kami harus mempertanggungjawabkannya seusai pulang sekolah. Kegiatan ini dalam PASGA dikenal dengan nama Makan siang. Jangan berpikir makan siang disini makan opor ayam, racikan, atau soto di kantin sekolah setelah lelah melaksanakan tugas di pagi hari. SALAH BESAR! Makan siang adalah evaluasi upacara yang telah dilaksanakan. Kronologis kejadiannya seperti ini :
Seusai pulang sekolah, kami (junior) sudah menunggu “panggilan” di sekitar lapangan basket. Jika sudah terlihat kakak senior yang berdiri tegap di tengah lapangan, kami langsung bersiap, sikap lari, suasana menjadi tegang dan mencekam. (terlalu berlebihan cerita saya). Kemudian terdengar suara lantang “PANGGILAN KEPADA SELURUH PRACAPAS 11 untuk segera berkumpul di depan saya dalam hitungan sepuluh! Satu! Dua! Tiga!.......” Namun dengan sikap siap kami, sebelum hitungan ke sepuluh, kami sudah berbaris rapi di depan kakak senior. Selanjutnya kami ditanya oleh kakak-kakak senior. Kurang lebih begini dialognya :
Senior 1                : “apa kesalahan kalian waktu upacara de?
-------Hening-------
Senior 2                : “Jawab!”
Junior 1                 : “Siap! Suara kurang keras!”
Senior 2                : “sudah Cuma itu de? Ga ada lagi? Yakin?”
Junior 2                 : “siap! Banyak gerakan tambahan”
Senior 5                : “Ada lagi ga de?”
Junior 6                 : “Siap! Ada PRACAPAS yang tidak mengikuti upacara”
Junior 3                 : “Siap! Ada yang memakai aksesoris”
Senior 4                : “waah… mau upacara apa mau ke mall de?!”
-------Hening-------

Suasana makan siang
Walaupun tugas kami saat upacara sebagai paduansuara, namun tidak semudah yang dibayangkan. Awal-awal tugas menjadi paduansuara, banyak kesalahan yang dibuat. Dan waktu PASGA angkatan saya, setiap kesalahan akan dihitung 1 porsi = 15*pushup (laki-laki) / 10*pushup (perempuan). Jadi jika melakukan sebanyak 10 kesalahan = 10 porsi = 150*pushup (laki-laki) / 100*pushup (perempuan). Namun tidak hanya junior yang melakukan evaluasi, tetapi senior juga sama. Maksud dari Makan Siang adalah agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama di upacara berikutnya. Dan juga rasa kebersamaan  akan terjalin saat-saat seperti ini antara sesama junior, maupun anatara junior dan senior.
Kurang berapa de??! haha


Rabu, 06 April 2011

Saya dan PASGA : Latihan Rutin


Pada postingan yang pertama, saya sempat menyebut Paskibra Ganesha (PASGA) sebagai ekstrakurikuler kebanggaan saya sewaktu di SMA.
Paskibra adalah kependekan dari Pasukan Pengibar Bendera, dan Ganesha adalah lambang dari SMA N. 1 PURBALINGGA. Inti dari kegiatan ekstrakurikuler PASGA tidak lain tidak bukan adalah PBB dan TUB (Tata Upacara Bendera). Paskibra Ganesha sendiri berdiri pada tanggal 7 november 1998.

Sebelum saya bercerita mengenai latihan rutin PASGA, saya akan ceritakan bagaimana awal mula saya berabung dengan ekstrakurikuler PASGA. Dulu sebenarnya saya terpilih “wajib PASGA”, wajib PASGA adalah perekrutan anggota baru PASGA dengan memilih siswa baru yang memiliki tinggi badan layak masuk PASGA. Namun saya menolak. Saya masih ragu. Karena saya dengar, PASGA adalah ekskul yang “keras”. (kata orang mental tempe).  Namun setelah kurang lebih 2 bulan, saya memutuskan untuk bergabung menjadi anggota PASGA. Mengapa? Saya sadar, saya seorang siswa SMA! Saya butuh hal baru, tantangan! Dan saya pikir paskibra itu keren! Dulu saya juga sempat memiliki cita-cita menjadi paskibra. Jadi dengan mantap saya mendaftarkan diri walaupun sudah terlambat beberapa bulan. –keputusan yang saya ambil, akan merubah banyak hidup saya-

Cukup mengenang tentang awal mula masuk PASGA, saya akan menceritakan pengalaman saya di PASGA mengenai Latihan Rutin.
Latihan rutin dilaksanakan setiap hari Sabtu seusai pulang sekolah. Latihan rutin selalu diawali dengan pemanasan, yaitu lari keliling lapangan basket dan pushup. Oya, ada beberapa lagu yang dinyanyikan untuk penyemangat saat lari-lari. Salah satunya berjudul Kawah Candradimuka,
“dulu aku bercita-cita
menjadi seorang paskibra
berdiri tegap gagah perkasa
tunaikan tugas yang mulia.
Tegak tegas penuh wibawa
 semangat yang tak putus asa
Berdiri tegak gagah perkasa
tunaikan dengan penuh rasa bangga”

Dan lucunya adalah saya harus menyanyikan bagian lirik lagu yang kadang berlawanan dengan isi hati saya. Cermati lirik lagu ini!,
“kini aku sedang ditempa
dalam kawah candradimuka
siang-siang dibina dan ditempa
oleh pelatih yang perkasa
Saya tahan sakit-sakit
saya tahan menderita,
saya tahan tuk dibina
walau diriku ditempa (2*)
hatiku slalu gembira
gembira, gembira selamanya…”,
saya slalu berpikir, ini lagu terkesan “maksa”, Kenapa? Ya secara lari-lari pukul 12 siang namun liriknya “hatiku selalu gembira”. Hahaha. Itu selalu menjadi lelucon saya kepada teman-teman yang lain.
Namun memang benar apa yang terkandung dalam lirik lagu tersebut, seharusnya seorang paskibra harus mempunyai sifat semangat, tegas, wibawa, tahan banting, berani, dan perkasa.

Saat menulis ini, saya langsung teringat dengan buku latihan rutin dengan sampul warna biru muda, dan bendera merah putih tertempel di cover depan. Dan setelah saya cari, tidak saya temukan. ternyata, buku itu sudah masuk tumpukan buku-buku SMA yang entah tak tau lagi dimana keberadaanya. Sedih, Padahal buku itu penuh kenangan. Tapi Oke, saya tidak mau larut dalam kesedihan atas hilangnya buku latihan rutin PASGA, saya lanjutkan bercerita pengalaman saya di latihan rutin PASGA.

Setelah pemanasan, dilanjutkan dengan kegiatan didalam kelas. Dan diawali dengan menyanyikan himne paskibra,
“Derap langkah paskibra
menunaikan tugas mulia
Demi keagungan negara
Hamba pergi ke medan laga.
Bila hamba teringat
Pengorbanan yang mulia
Hamba jadikan semangat
Terus maju pantang mundur (2*)
Air mata berlinang
Teringat bakti mulia
Tugas hamba tunailah sudah
Merah putih diangkasa”
Himne Paskibra dinyanyikan dengan sikap siap, dan hikmat. Kegiatan di dalam kelas diisi dengan pemberian materi-materi kepaskibraan secara teori.
Setelah dirasa cukup, kegiatan dilanjutkan di lapangan. Pada sesi ini, kami diajarkan praktek baris-berbaris oleh kakak-kakak senior. Terik matahari tak menghalangi kami untuk berlatih PBB karena kebersamaan dan semangat kami yang begitu kuat.

Namun saat-saat paling saya suka ketika berlatih PBB adalah saat hujan turun, entah mengapa latihan PBB saat hujan turun itu sungguh enak. Tapi mungkin “enak” bukan kata yang tepat untuk menggambarkan suasana hati, hmmm… Entahlah. Sungguh luar biasa! Teman-teman PASGA pasti mengerti apa yang saya maksud. Rasanya ingin mengulang momen-momen indah itu lagi.

Minggu, 03 April 2011

Sajak Persahabatan karya Kahlil Gibran

Sajak Persahabatan Dan seorang remaja berkata,
Bicaralah pada kami tentang persahabatan.
Dan dia menjawab :
Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.
Dialah lading hati,
yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terimakasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Karena kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mahu kedamaian.
 Bila dia berbicara,
 mengungkapkan fikirannya,
kau tiada takut membisikkan kata Tidak
di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata Ya.
 Dan bilamana dia diam, hatimu berhenti dari mendengar hatinya;
Karena tanpa ungkapan kata,
Dalam persahabatan,
segala fikiran, hasrat dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi,
dengan kegembiraan tiada terkirakan.
 Dikala berpisah dengan sahabat,
tiadalah kau berdukacita;
 Karena yang paling kau kasihi dalam dirinya,
mungkin kau Nampak lebih jelas dalam ketiadaannya,
bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki,
nampak lebih agung dari tanah ngarai daratan.
 Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.
 Karena cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya,
Bukanlah cinta,
Tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.
 Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu jika kau senantiasa mencarinya, untuk sekedar bersama dalam membunuh waktu?
 Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan,
Biarkanlah ada tawa ria dan berkongsi kegembiraan…
Karena dalam titisan kecil embun pagi,
Hati manusia menemui fajar dan gairah kehidupan.

Sungguh luarbiasa makna yang terkandung dalam puisi Kahlil Gibran tentang Persahabatan. Yang paling saya suka adalah bagian "Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu. Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu. Gerangan apa sahabat itu jika kau senantiasa mencarinya, untuk sekedar bersama dalam membunuh waktu? Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu! Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu."
Jangan sia-siakan sahabat kita, kita akan begitu merasa kehilangan saat dia sudah tidak bersama kita.



Gapailah Cita-citamu Kawan...!

Postingan pertama, saya persembahkan untuk sahabat saya, Pawit Purwito Ardy.
Usai kelulusan SMA, April 2010, dia menghilang.
Pawit, teman satu "perjuangan" saya di Paskibra Ganesha, ekstrakurikuler kebanggaan kami. Kami juga berjuang bersama untuk menjadi bagian dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka Kabupaten Purbalingga tahun 2008.
Tak ada kabar yang saya dengar, hanya berita kebelumberhasilannya mendaftar Akademi Kepolisian.  Tak ada kabar melalui facebook maupun pesan singkat.

Jumat, 1 April 2011. Entah mengapa keinginan saya melaksanakan sholat Jumat di Masjid Agung Purbalingga begitu besar, karena biasanya saya melaksanakan di masjid dekat rumah. Ketika saya berjalan menuju dalam masjid, saya melihat lelaki yang menggunakan kaos hitam polos dan ransel yang diletakkan disebelahnya, terlihat sangat tidak asing, duduk bersila disamping pilar masjid yang kokoh.. Ya... saya duduk disebelahnya. Saya diam. Hingga sampai dia menoleh, menatap saya, dan dia menyambut saya dengan pelukan persahabatan. Terlihat matanya berbinar. Saya masih canggung untuk memulai percakapan, hanya kabar yang sempat aku tanyakan. Tak banyak yang kami bicarakan. Hingga sholat usai, saya meninggalkan dia terlebih dahulu, saya tak mau mengganggu doanya yang begitu khusyu. Saya menunggu di serambi masjid, niat hati menunggu kendaraan  saya yang masih terhalang oleh kendaraan lain, dan jika beruntung masih bisa bertemu sahabat saya terasa telah lama menghilang.  Dan benar dugaan saya, kami bertemu lagi. Keadaan sudah mulai cair. Banyak yang kami bicarakan, termasuk tentang alasan menghilangnya dia.

Prihatin, atau kami masyarakat Jawa sering menyebutnya dengan priyatin. Itulah alasan atas menghilangnya dia selama ini. Namun, saya masih belum mengerti dari pendefinisian dia mengenai "hidup prihatin". Apakah Prihatin harus memutuskan hubungan dengan orang sekitar? itulah yang selalu menjadi pertanyaan saya. Karena Prihatin menurut saya adalah mengerti dengan segala keadaan dan kebutuhan hidup yang membawa diri untuk bersikap arif dan bijak dalam menyikapi keadaan. Entahlah... Tapi saya tetap mengahargai keputusan sahabat saya untuk hidup prihatin menurut definisinya sendiri.

Dan dia masih tak mau bercerita tentang rencananya setelah kebelumberhasilannya untuk masuk Akademi Kepolisian tahun lalu. Yang jelas, saat ini dia sedang dalam proses untuk mencapai cita-citanya. Hanya doa yang dia minta. 30menit berlalu, terasa sangat singkat. Dia berpamitan. Entah kapan lagi kami bisa bertemu.

Dan saya berdoa, Keprihatinan dia selama ini akan membuahkan hasil.
Selamat jalan kawan... Sampai bertemu lagi dengan kesuksesan kita masing-masing... brotherforever