Postingan pertama, saya persembahkan untuk sahabat saya, Pawit Purwito Ardy.
Usai kelulusan SMA, April 2010, dia menghilang.
Pawit, teman satu "perjuangan" saya di Paskibra Ganesha, ekstrakurikuler kebanggaan kami. Kami juga berjuang bersama untuk menjadi bagian dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka Kabupaten Purbalingga tahun 2008.
Tak ada kabar yang saya dengar, hanya berita kebelumberhasilannya mendaftar Akademi Kepolisian. Tak ada kabar melalui facebook maupun pesan singkat.
Jumat, 1 April 2011. Entah mengapa keinginan saya melaksanakan sholat Jumat di Masjid Agung Purbalingga begitu besar, karena biasanya saya melaksanakan di masjid dekat rumah. Ketika saya berjalan menuju dalam masjid, saya melihat lelaki yang menggunakan kaos hitam polos dan ransel yang diletakkan disebelahnya, terlihat sangat tidak asing, duduk bersila disamping pilar masjid yang kokoh.. Ya... saya duduk disebelahnya. Saya diam. Hingga sampai dia menoleh, menatap saya, dan dia menyambut saya dengan pelukan persahabatan. Terlihat matanya berbinar. Saya masih canggung untuk memulai percakapan, hanya kabar yang sempat aku tanyakan. Tak banyak yang kami bicarakan. Hingga sholat usai, saya meninggalkan dia terlebih dahulu, saya tak mau mengganggu doanya yang begitu khusyu. Saya menunggu di serambi masjid, niat hati menunggu kendaraan saya yang masih terhalang oleh kendaraan lain, dan jika beruntung masih bisa bertemu sahabat saya terasa telah lama menghilang. Dan benar dugaan saya, kami bertemu lagi. Keadaan sudah mulai cair. Banyak yang kami bicarakan, termasuk tentang alasan menghilangnya dia.
Prihatin, atau kami masyarakat Jawa sering menyebutnya dengan priyatin. Itulah alasan atas menghilangnya dia selama ini. Namun, saya masih belum mengerti dari pendefinisian dia mengenai "hidup prihatin". Apakah Prihatin harus memutuskan hubungan dengan orang sekitar? itulah yang selalu menjadi pertanyaan saya. Karena Prihatin menurut saya adalah mengerti dengan segala keadaan dan kebutuhan hidup yang membawa diri untuk bersikap arif dan bijak dalam menyikapi keadaan. Entahlah... Tapi saya tetap mengahargai keputusan sahabat saya untuk hidup prihatin menurut definisinya sendiri.
Dan dia masih tak mau bercerita tentang rencananya setelah kebelumberhasilannya untuk masuk Akademi Kepolisian tahun lalu. Yang jelas, saat ini dia sedang dalam proses untuk mencapai cita-citanya. Hanya doa yang dia minta. 30menit berlalu, terasa sangat singkat. Dia berpamitan. Entah kapan lagi kami bisa bertemu.
Dan saya berdoa, Keprihatinan dia selama ini akan membuahkan hasil.
Selamat jalan kawan... Sampai bertemu lagi dengan kesuksesan kita masing-masing...brotherforever
Selamat jalan kawan... Sampai bertemu lagi dengan kesuksesan kita masing-masing...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar