Kamis, 07 April 2011

Seleksi : bag 1

15 Mei 200815 Mei 2008, adalah hari seleksi paskibraka tingkat kabupaten Purbalingga di Gor Wasesa yang sekarang sudah di pugar menjadi pasar SegaMas, padahal tempat itu adalah tempat bersejarah untuk saya. Saya satu dari tujuh orang laki-laki yang mewakili PASGA dan SMA N. 1 PURBALINGGA untuk mengikuti seleksi. Keenam teman seperjuangan saya adalah Khanif, Alex, Pawit, Wasis, Rendra, dan Gilang. Tidak hanya laki-laki yang mengikuti seleksi, begitu juga dengan teman-teman perempuan saya di PASGA , tapi saya lupa berapa banyak.
  

Senang, bangga namun ada perasaan takut ketika tau saya terpilih untuk mengikuti seleksi karena  saya bukan hanya membawa nama saya pribadi, namun juga nama ekstrakurikuler kebanggaan saya PASGA dan sekolah saya SMA N. 1 Purbalingga. Takut mengecewakan.

Seleksi dibagi menjadi 4 tahap dengan system gugur, yang pertama seleksi Tinggi badan, kedua adalah postur tubuh, yang ketiga adalah Kekuatan fisik (tes kecepatan berlari), dan yang terakhir adalah tes PBB.

Pada tahap pertama, tinggi badan. Rasa pecaya diri lolos pada tahap ini masih sangat besar.  Walaupun sebenarnya jika diukur dengan penghitungan berat badan ideal, saya termasuk kelebihan berat badan kurang lebih 5 kilo, tapi tak masalah asal masih terlihat ideal. Tinggi minimum untuk laki-laki adalah 165cm dan maksimal 175cm sedangkan tinggi badan saya 170cm. Dan benar dugaan saya, saya lolos tahap pertama. Namun pada tahap ini, teman saya, Wasis, tidak lolos. Tinggi badannya yang kurang beberapa centimeter.

Lanjut tahap ke-2, Postur tubuh. Bisa dibilang saya masih percaya akan lolos pada tahap ini. Alhamdulillah, postur tubuh saya tidak ada yang cacat. Bentuk kaki normal, tangan normal, dan anggota tubuh yang lain juga terlihat normal. Dan hasilnya, saya lolos lanjut ke tahap ke tiga.

Tahap ke-3, kekuatan fisik. PESIMIS, mungkin kata yang paling tepat untuk tahap ini. Jujur saja, saya tidak sehebat teman-teman saya dalam kekuatan fisik. Dan kekuatan fisik yang dites pada saat seleksi adalah lari. Dan sebelum tes lari, ada pemeriksaan tekanan darah. Peraturannya adalah jika tekanan darah peserta seleksi tidak normal maka tidak diperbolehkan untuk mengikuti tes selanjutnya. Saya sempat berfikir bahwa lebih baik saya gugur karena kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan daripada harus memalukan diri sendiri dengan mengikuti tes lari namun berada di posisi paling belakang. Hahaha. Namun ternyata benar, Allah tidak mendengar doa-doa orang yang berputus asa. Hasil tes tekanan darah adalah normal, dan saya layak mengikuti tes lari.


Pukul 14.00 WIB, matahari begitu terik, “siaaap.. satu… dua.. ya!” saya berlari sekuat tenaga saya pada awalnya, seperempat lapangan putaran pertama saya berada diurutan depan, namun lambat laun saya berada diurutan terakhir. Hahaha. Puturan demi putaran, saya berlari, namun sebenarnya kecepatan lari saya mungkin setara dengan kecepatan orang berjalan. Dan parahnya sampai di-overlap oleh beberapa peserta yang lain. Teman-teman dan kakak senior tak henti-hentinya memberi dukungan di pinggir lapangan. Hahaha. Hingga putaran terakhir saya berada di posisi 2 terakhir. Hehehe. Saya tidak sendiri di belakang loh, saya bersama Rendra, perwakilan PASGA juga. Oke, dengan begitu, dapat dipastikan saya tidak akan lolos ke tahap berikutnya. Karena hanya 30 peserta tercepat (kalau tidak salah, saya lupa) yang berhak lolos ke tahap terakhir, selain 30 tercepat maka akan gugur tidak bisa melanjutkan ke tahap selanjutnya. Kemudian peserta yang mengikuti tes lari, dikumpulkan di tengah lapangan. Dipisahkan antara kelompok yang lolos dan yang gugur. Saya kira, saya masuk kelompok yang gugur, tapi ternyata tidak. Saya lolos! Saya bergabung dengan teman-teman saya yang lain, Alex, Pawit, dan Gilang. Selain senang tapi juga bingung. Loh kenapa bisa??? Bukankah saya jelas-jelas yang terakhir? Sahabat saya, Khanif, yang seharusnya lolos ditahap ini karena termasuk 30 tercepat justru tidak masuk ke kelompok yang lolos. Sungguh saya bingung. Banyak pertanyaan dibenak saya. Saya lihat, khanif begitu kecewa. Wajar, saya juga pasti akan merasakan hal yang sama dengan khanif jika saya di posisi dia. Saya merasa sangat bersalah, Saya terkesan mengambil haknya. Tapi saya tidak tau apa-apa tentang ini dan tidak bisa berbuat apa-apa… L

Tahap terakhir, PBB. Dengan masih kebingungan atas lolosnya saya. Saya mengikuti tes PBB. Di tahap ini saya yakin akan lolos, karena kami sudah memiliki bekal PBB yang baik yang dilatih oleh kakak-kakak senior di PASGA, dan PASGA sendiri adalah ekstrakurikuler yang selalu menjadi langganan mewakili kabupaten Purbalingga untuk perlombaan PBB dan TUB di tingkat karisidenan jadi tidak perlu diragukan lagi kualitas PBB kami. Percayadiri. Namun nasib berkata lain, ternyata saya tidak lolos. Padahal saya tidak melakukan kesalahan ketika tes PBB. Saat itu saya berasumsi, apakah juri sudah menyadari akan kekeliruannya meloloskan saya di tahap ke-3? Dan itu masih menjadi pertanyaan hingga sekarang. Atas ketidaklolosan saya, saya tidak begitu kecewa, karena memang semestinya saya gugur ditahap ke-3. Bukan perasaan saya yang saya pikirkan, namun yang masih saya pikirkan saat itu adalah perasaan sahabat saya, khanif…

Hasil seleksi, perwakilan dari PASGA yang lolos sebanyak 3 laki-laki : Alex, Pawit, Gilang. Dan 4 perempuan : Anesh, Rezki,  Nurin, Djanti. Seperti tahun-tahun sebelumnya, PASGA mengirimkan perwakilannya terbanyak di angota paskibraka kabupaten Purbalingga. Dan jumlah total paskibraka sendiri adalah sebanyak 30 orang : 20 Laki-laki dan 10 perempuan.

Namun cerita saya belum berakhir disini, saya akan ceritakan di postingan selanjutnya... ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar