Senang, bangga namun ada perasaan takut ketika tau saya terpilih
untuk mengikuti seleksi karena saya
bukan hanya membawa nama saya pribadi, namun juga nama ekstrakurikuler
kebanggaan saya PASGA dan sekolah saya SMA N. 1 Purbalingga. Takut mengecewakan.
Seleksi dibagi menjadi 4 tahap dengan system gugur, yang
pertama seleksi Tinggi badan, kedua adalah postur tubuh, yang ketiga adalah Kekuatan
fisik (tes kecepatan berlari), dan yang terakhir adalah tes PBB.
Pada tahap pertama, tinggi badan. Rasa
pecaya diri lolos pada tahap ini masih sangat besar. Walaupun sebenarnya jika diukur dengan
penghitungan berat badan ideal, saya termasuk kelebihan berat badan kurang
lebih 5 kilo, tapi tak masalah asal masih terlihat ideal. Tinggi minimum untuk
laki-laki adalah 165cm dan maksimal 175cm sedangkan tinggi badan saya 170cm.
Dan benar dugaan saya, saya lolos tahap pertama. Namun pada tahap ini, teman
saya, Wasis, tidak lolos. Tinggi badannya yang kurang beberapa centimeter.
Lanjut tahap ke-2, Postur tubuh. Bisa
dibilang saya masih percaya akan lolos pada tahap ini. Alhamdulillah, postur
tubuh saya tidak ada yang cacat. Bentuk kaki normal, tangan normal, dan anggota
tubuh yang lain juga terlihat normal. Dan hasilnya, saya lolos lanjut ke tahap
ke tiga.
Tahap ke-3, kekuatan fisik. PESIMIS,
mungkin kata yang paling tepat untuk tahap ini. Jujur saja, saya tidak sehebat
teman-teman saya dalam kekuatan fisik. Dan kekuatan fisik yang dites pada saat
seleksi adalah lari. Dan sebelum tes lari, ada pemeriksaan tekanan darah.
Peraturannya adalah jika tekanan darah peserta seleksi tidak normal maka tidak
diperbolehkan untuk mengikuti tes selanjutnya. Saya sempat berfikir bahwa lebih
baik saya gugur karena kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan daripada harus
memalukan diri sendiri dengan mengikuti tes lari namun berada di posisi paling
belakang. Hahaha. Namun ternyata benar, Allah tidak mendengar doa-doa orang
yang berputus asa. Hasil tes tekanan darah adalah normal, dan saya layak
mengikuti tes lari.
Pukul 14.00 WIB, matahari
begitu terik, “siaaap.. satu… dua.. ya!” saya berlari sekuat tenaga saya pada
awalnya, seperempat lapangan putaran pertama saya berada diurutan depan, namun
lambat laun saya berada diurutan terakhir. Hahaha. Puturan demi putaran, saya
berlari, namun sebenarnya kecepatan lari saya mungkin setara dengan kecepatan
orang berjalan. Dan parahnya sampai di-overlap oleh beberapa peserta yang lain.
Teman-teman dan kakak senior tak henti-hentinya memberi dukungan di pinggir
lapangan. Hahaha. Hingga putaran terakhir saya berada di posisi 2 terakhir. Hehehe.
Saya tidak sendiri di belakang loh, saya bersama Rendra, perwakilan PASGA juga.
Oke, dengan begitu, dapat dipastikan saya tidak akan lolos ke tahap berikutnya.
Karena hanya 30 peserta tercepat (kalau tidak salah, saya lupa) yang berhak
lolos ke tahap terakhir, selain 30 tercepat maka akan gugur tidak bisa
melanjutkan ke tahap selanjutnya. Kemudian peserta yang mengikuti tes lari,
dikumpulkan di tengah lapangan. Dipisahkan antara kelompok yang lolos dan yang gugur.
Saya kira, saya masuk kelompok yang gugur, tapi ternyata tidak. Saya lolos! Saya
bergabung dengan teman-teman saya yang lain, Alex, Pawit, dan Gilang. Selain
senang tapi juga bingung. Loh kenapa bisa??? Bukankah saya jelas-jelas yang
terakhir? Sahabat saya, Khanif, yang seharusnya lolos ditahap ini karena
termasuk 30 tercepat justru tidak masuk ke kelompok yang lolos. Sungguh saya
bingung. Banyak pertanyaan dibenak saya. Saya lihat, khanif begitu kecewa.
Wajar, saya juga pasti akan merasakan hal yang sama dengan khanif jika saya di
posisi dia. Saya merasa sangat bersalah, Saya terkesan mengambil haknya. Tapi saya
tidak tau apa-apa tentang ini dan tidak bisa berbuat apa-apa… L
Tahap terakhir, PBB. Dengan masih kebingungan atas lolosnya saya. Saya mengikuti tes PBB. Di tahap
ini saya yakin akan lolos, karena kami sudah memiliki bekal PBB yang baik yang
dilatih oleh kakak-kakak senior di PASGA, dan PASGA sendiri adalah
ekstrakurikuler yang selalu menjadi langganan mewakili kabupaten Purbalingga
untuk perlombaan PBB dan TUB di tingkat karisidenan jadi tidak perlu diragukan
lagi kualitas PBB kami. Percayadiri. Namun nasib berkata lain, ternyata saya
tidak lolos. Padahal saya tidak melakukan kesalahan ketika tes PBB. Saat itu
saya berasumsi, apakah juri sudah menyadari akan kekeliruannya meloloskan saya
di tahap ke-3? Dan itu masih menjadi pertanyaan hingga sekarang. Atas
ketidaklolosan saya, saya tidak begitu kecewa, karena memang semestinya saya
gugur ditahap ke-3. Bukan perasaan saya yang saya pikirkan, namun yang masih
saya pikirkan saat itu adalah perasaan sahabat saya, khanif…
Hasil seleksi, perwakilan dari PASGA yang lolos sebanyak 3 laki-laki : Alex, Pawit, Gilang. Dan 4 perempuan : Anesh, Rezki, Nurin, Djanti. Seperti tahun-tahun sebelumnya, PASGA mengirimkan perwakilannya terbanyak di angota paskibraka kabupaten Purbalingga. Dan jumlah total paskibraka sendiri adalah sebanyak 30 orang : 20 Laki-laki dan 10 perempuan.
Namun cerita saya belum berakhir disini, saya akan ceritakan di postingan selanjutnya... ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar